I made this widget at MyFlashFetish.com.

Rabu, 22 Desember 2010

Seekor Anak Kambing

Seekor anak kambing berlari cepat sekali. Bukan serigala yang mengejarnya, tapi pemiliknya sendiri.

“Berhenti!” teriak pemilik kambing itu. “Anak kambing kurang ajar. Awas kalau tertangkap akan kuikat lehermu!”

Anak kambing tidak mengacuhkan ancaman pemiliknya. “Berteriaklah sampai serak, Pak Tua,” begitu pikirnya, “Aku akan meninggalkan kandang yang memenjaraku. Aku akan berlari ke hutan hidup bersama binatang-binatang lain anak kambing tersenyum penuh kemenangan. Dia menghilang ke dalam hutan.

Anak kambing duduk di bawah pohon melepaskan lelah. Bulunya yang belang-belang putih dan hitam mengilat karena keringatan.

“Hahaha…!” anak kambing tertawa. “Sekarang tak ada lagi tali yang mencekik leherku. Aku bebas!”

“Hei, kau pendatang baru di hutan ini?”

Anak Kambing terkejut mendengar panggilan itu. Ia mencari asal teriakan yang memanggilnya. Ada seekor kera berayun-ayun di atas sebatang dahan.

“Betul, kawan, aku baru datang. Aku berniat tinggal disini.”

Kera melompat turun ke dahan yang lebih rendah. Ia menggeleng-geleng. “Kau seekor kambing, hutan bukan tempatmu. Tempatmu di desa.”

“Betul, kawan, betul! Biasanya memang begitu. Namun, aku ingin mengubah kebiasaan itu! Hutan milik umum.”

Kera melompat lagi ke dahan yang lebih rendah.

“Memang tidak ada yang melarangnya. Kau bias hidup disini, tapi hutanmengandung banyak bahaya. Harimau hidup di hutan . Ia merupakan binatang buas. Ia sangat gemar daging binatang seperti kamu.

Anak Kambing tidak terpengaruh oleh cerita Kera, “Mungkin di sini memang banyak bahaya, namun aku tetap pada niatku. Kawan, apa kau kira manusia di desa itu tidak gemar makan dagingku. Bahkan,di desa aku tidak berdaya. Leherku selalu diikat, tetapi di hutan ini aku masih bisa lari, menyembunyikan diri dari ancaman bahaya. Hutan, kan, luas.”

“Tidak semudah itu. Kau belum kenal kekejaman hutan rimba,” ujar Kera. Anak Kambing itu kemudian meninggalkan Kera. Ia melangkah lebih jauh ke tengah hutan.

Setelah beberapa waktu lamanya, Anak Kambing itu mulai merasakan kebenaran perkataan Kera. Kehidupan di hutan memang keras dan kejam. Ia sudah melihat sendiri bagaimana seekor harimau menerkam rusa. Namun, kejadian itu tidak menggoyahkan hati kambing itu.

Kambing itu tidak ingin meninggalkan hutan itu. Ia menganggap hidup bebas di hutan masih lebih baik daripada hidup terkurung dalam peliharaan manusia.

Beberapa kali bahaya mengancamnya. Ia berhasil menghindarinya. Akan tetapi, bahaya itu datang terlalu bertubi-tubi. Akhirnya, suatu ketika Anak Kambing tak sempat mengelak lagi.

Tiba-tiba seekor harimau muncul di hadapannya, dekat sekali. Ia tertegun tak sempat lari.

“Aku lari juga mati,” pikir anak kambing. Aku melawan akan tetap dimangsanya, hanya cara kematianku lebih jantan!”

tiba-tiba anak kambing menundukkan kepalanya. Tanduknya mengarah ke perut harimau. Dengan cepat ia menerjang musuh yang mengancamnya. Sejenak harimau tertegun. Belum pernah ia melihat binatang lain berani padanya. Namun, binatang buas itu melompat dan menerkam mangsanya. Akhirnya, anak kambing pun matilah. Kematiannya memperlihatkan tekad dan keberaniannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar