I made this widget at MyFlashFetish.com.

Rabu, 22 Desember 2010

Sopir Yang Berbudi

Setiap hari Andi harus ke sekolah dengan kendaraan umum. Terkecuali pada hari libur.

“Ayo, cepat makan pagi, Andi!” seru ibunya. “Nanti terlambat.”

Andi memang agak tergesa-gesa pagi itu. Semalam ia belajar hingga pukul dua belas. Ia agak terlambat bangun pagi.

“Saya berangkat, Bu!” kata Andi seraya menyahut tumpukan buku yang telah disiapkan.

“Baik-baik di jalan, Nak!”

“Ya, Bu!”

di jalan besar lalu lintas sudah ramai. Sepeda motor, skuter, mobil, dan kendaraan lain lalu lalang. Untung Andi cepat mendapat kendaraan. Andi duduk di samping sopir.

Kol terus melaju sebatas kecepatan, di bawah enam puluh kilometer per jam. Bila berpapasan dengan kendaraan lain, laju kol diperlambat. Semua rambu-rambu lalu lintas dipatuhi. Beberapa kali di-stop calon penumpang, tetapi tidak berhenti. Pek sopir hanya memberikan isyarat dengan tangan bahwa kol sudah penuh. Ia tak pernah memuat penumpang berlebih. Bukan karena takut ada operasi zebra. Tapi, memang Pak sopir senantiasa mematuhi tata tertib lalu lintas. Keselamatan lebih dipentingkan daripada uang.

“Kiri, Pak!” teriak Andi.

Kol pun berhenti. Andi turun dengan tergesa-gesa. Bel tanda masuk berdering panjang. Andi berlari-lari masuk kelas.

“Hampir saja aku terlambat,” ucap Andi kepada Iwan yang duduk di sebelahnya. Andi masih terengah-engah. Ia teringat akan sesuatu. Lalu, ia membuka-buka sebuah buku. Lalu, membuka-buka buku yang lain. Bahkan, Andi telah membuka-buka semua buku yang dibawa ke sekolah.

“Lo!” ucapnya.

“Kenapa?” Tanya Iwan.

“Uangku hilang!” bisik Andi. Mendadak wajahnya pucat. Degup jantungnya bertambah cepat. Andi mulai dihantui rasa takut.

“Apa tidak tertinggal di rumah?” Tanya Iwan.

“Tidak! Tadi sudah saya masukkan ke dalam buku, kok!”

Pagi itu Andi tidak bisa menangkap pelajaran. Ia amat gelisah. Ia nanti apsti dimarahi orang tuanya. Waktu istirahat pertama pun tiba. Andi dipanggil ke kantor oleh kepala sekolah.

“Andi,” kata kepala sekolah, “Tadi ada orang datang kesini menyerahkan ini.”

Sambil menyerahkan amplop, Bapak kepala sekolah itu berkata, “Coba, kau periksa isinya!”

Andi cepat-cepat membuka amplop. Seketika itu wajahnya pun berseri-seri.

“Betul itu milikmu, Andi?”

“Betul, Pak!

“Masih utuh isinya?”

“Masih, Pak!”

“Amplop itu ditemukan sopir kol di jok depan.”

“Siapa nama sopir itu, Pak?”

“Dia tak mau menyebutkan namanya, Andi. Juga alamatnya.”

“Oh! Kalau begitu, bagaimana saya bisa mengucapkan terima kasih kapadanya?”

“Saya sudah mengucapkan terima kasih, Andi.”

Andi sebentar tertegun. Kemudian, menggeleng perlahan. Lalu, ucapnya, “Sungguh dia adalah sopir yang berbudi!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar